BEKASI, – Batak Angkola merupakan salah satu suku Batak yang mendiami wilayah Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Sejarah Batak Angkola di Tapanuli Selatan dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra Barat.
Pada abad ke-13, kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Minangkabau menguasai wilayah Tapanuli Selatan, termasuk daerah penduduk Batak Angkola. Pada abad ke-17, datanglah agama Islam ke wilayah ini dan sebagian masyarakat Batak Angkola memeluk agama Islam.
Pada masa kolonial Belanda, wilayah Tapanuli Selatan menjadi bagian dari Hindia Belanda dan mereka mulai memberlakukan kebijakan-kebijakan kolonial di wilayah ini. Masyarakat Batak Angkola mulai berinteraksi dengan Belanda dan mulai terlibat dalam perdagangan dan agrikultur.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, Tapanuli Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia. Masyarakat Batak Angkola turut berperan dalam pembangunan Indonesia, baik di bidang politik maupun ekonomi. Mereka juga turut serta dalam gerakan kemerdekaan dan memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara Indonesia.
Hingga saat ini, masyarakat Batak Angkola masih mempertahankan tradisi dan budaya mereka di Tapanuli Selatan. Mereka juga terus aktif dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, dan agama untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Seperti hal nya yang di lakukan oleh Capt Gamel Nasir Siregar dengan Gelar Tongku Martua asal kampung dari desa Siboruangin, Luat Pangirkiran, Kecamatan Halongonan, Kabupaten Padang Lawas Utara.
” Dalam pengakuannya, ” Ini soal Hati kita dan hormat kita kepada pendahulu leluhur kita ceritanya Seperti ini, saya cerita boleh kan pungkasnya pak Gamel, Jadi waktu anak saya lahir, setelah dokter memberitahukan bahwa anak saya yang lahir ini adalah laki – laki saat itu saya sudah cita – citakan dan doakan, ” Semoga Panjang Umurmu da mang, Simbur magodang ko amang marrasoki asu lalu nadi cita – cita, Manyambol Horboi.
Artinya: Semoga Umur Panjang ya nak, Cepat besar murah rezeki agar kita bisa pesta adat suatu saat nanti dan menyembelih hewan Kerbau syarat adatnya.
Itulah kronologi singkat acara pada hari ini, jadi kalau kita lihat waktunya memang cukup lama hampir 30 tahun, Alhamdulillah baru hari ini ada rejeki dan waktunya.
Terpisah Capt Rahman Siregar gelar Tongku Bondaharo selaku adek kandung Capt Gamel Siregar membenarkan acara tersebut , ” Acara ini sudah menjadi tradisi kami orang Batak Angkola tentu kami Kahanggi sudah melalui proses musyawarah mufakat terlebih dahulu sehingga pada hari ini terlaksana acara adat anak kami Robel Hogan Siregar pungkasnya di sela – sela Kesibukan nya pada acara tersebut.
Terpantau hadir juga Persatuan Harahap gelar Oppu Raja Sutan Sebagai Bayo – Bayo Luat Pangirkiran dan Ali Amson Harahap S.Ag Gelar Tongku Raden Mulia sebagai Raja Dari Desa Siboruangin dan Panusunan Bulung dari Desa Pangirkiran.
Tiga nama orang tersebut adalah pemangku adat luat Pangirkiran, desa Siboruangin yang berdomisili di Jakarta.
Ali Amson S.Ag gelar Tongku Raden Mulia saat di wawancarai, Alhamdulillah ya, kita harus mensyukuri dan menghargai, menghormati peninggalan leluhur kita, Pendahulu kita, ini harus kita lestarikan dan ajarkan kepada generasi kita.
” Yang di laksanakan bere kami ini Capten Gamel Nasir Siregar patut di contoh, karena ini salah satu bukti bahwa dia menghormati para leluhurnya dan membuktikan pada hari ini beliau melaksanakan pesta adat putra pertamanya Robel Hogan Siregar tadi kita sama – sama menyaksikan beberapa rangkaian acara adat Alhamdulillah terlaksana dengan baik sampai pada akhirnya di Pangirkan di Tapian Raya Bangunan istilah dari kami adat Batak Angkola, lalu setelah itu baru dia kita kasih Gelar, Tongku Raya Boenan Dolok, Pungkas Ali Amson salah satu pemangku adat Luat Pangirkiran yang berada di Jakarta.
Penulis:
Oppu Raja Nalom